Rabu, 12 Agustus 2015

Rabu, 07 Maret 2012

Senin, 23 Januari 2012

Gunung Manusela

Taman Nasional Manusela merupakan perwakilan tipe ekosistem pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan di Maluku. Tipe vegetasi yang terdapat di taman nasional ini yaitu mangrove, pantai, hutan rawa, tebing sungai, hutan hujan tropika pamah, hutan pegunungan, dan hutan sub-alpin.
Beberapa jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain tancang (Bruguiera sexangula), bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur (Dryobalanops sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles sumatrana), matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca leucadendron), berbagai jenis anggrek, dan pakis endemik (Chintea binaya).
Sekitar 117 jenis burung terdapat di Taman Nasional Manusela, dimana 14 jenis diantaranya endemik seperti kesturi ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk ungu/nuri kepala hitam (L. domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis), raja udang (Halcyon lazuli dan H. sancta), burung madu Seram besar (Philemon subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis).
Burung kakatua seram merupakan salah satu satwa endemik Pulau Maluku, keberadaannya terancam punah di alam akibat perburuan liar, perusakan dan penyusutan habitatnya. Satwa lainnya di taman nasional ini adalah rusa (Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus celebensis), luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), duyung (Dugong dugon), penyu hijau (Chelonia mydas), dan berbagai jenis kupu-kupu.
Terdapat sungai-sungai yang mengalir deras, dengan konfigurasi topografi terjal, enam buah gunung/bukit dengan Gunung Binaya yang tertinggi (± 3.027 meter dpl).
Masyarakat desa Manusela, Ilena Maraina, Selumena, dan Kanike, merupakan enclave di dalam kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat tersebut telah lama berada di desa-desa tersebut, dan percaya bahwa gunung-gunung yang berada di taman nasional dapat memberikan semangat dan perlindungan dalam kehidupan mereka. Kepercayaan mereka secara tidak langsung akan membantu menjaga dan melestarikan taman nasional.


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Tepi Merkele, Tepi Kabipoto, Wae Kawa. Menjelajahi hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pasahari. Pengamatan satwa rusa dan burung.
Wai Isal. Berkemah, menjelajahi hutan, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pilana. Pengamatan kupu-kupu dan menjelajahi hutan.
Gunung Binaya. Pendakian, menjelajahi hutan dan air terjun.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Masohi pada bulan November, perlombaan Kora-kora pada bulan April dan Darwin-Ambon International Yacht pada bulan Juli di Ambon.
Musim kunjungan terbaik: bulan Mei s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Route dari Moso sangat cocok bagi yang menyukai pendakian, karena kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi menggunakan ferry setiap hari sekitar delapan jam, dilanjutkan ke Saka menggunakan mobil sekitar dua jam, dan ke Wahai menggunakan speed boat sekitar dua jam. Atau, dari Ambon ke Wahai menggunakan kapal laut sekitar 24 jam (3 x seminggu). Dari Masohi ke Tehoru menggunakan kapal motor sekitar sembilan jam, dilanjutkan ke Moso dan Desa Saunulu.



Kantor: Jl. Christina Martha T. No. 2, PO Box 09
Masohi, Maluku Tengah
Telp. (0914) 22164; Fax. (0914) 22165

















Kamis, 18 Maret 2010

Jumat, 05 Maret 2010

Tehoru, Maluku Tengah

kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Terdapat pelabuhan rakyat di desa tehoru. Merupakan salah satu akses masuk ke Taman Nasional Manusela yaitu di desa Yaputih. Akses ke Masohi juga dapat ditempuh melalui jalan darat, cuma karena jalan trans seram yang menghubungkan Masohi (ibukota kabupaten) dengan Tehoru masih jauh dari layak terutama banyak sungai yang tidak memiliki jembatan maka jarak sekitar 100 Km Masohi - Tehoru ditempuh dalam jangka waktu 3 jam.Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kamis, 04 Maret 2010

Bukti Geologi Longsoran Bawah Laut yang Dipicu Gempabumi 28 Jan 2006, Di Pantai Selatan Seram

Setelah kejadian gempabumi yang berpusat di Laut Banda pada tanggal 28 Januari 2006 dengan magnitudo Mw7,6 pada kedalaman 346,2 km di bawah dasar laut, ditemukan bukti-bukti geologi adanya longsoran bawah laut yang ditemukan di sepanjang kawasan pantai selatan Seram, Maluku Tengah. Di beberapa lokasi di sepanjang pantai mulai dari Amahai, Rutah, Nustetu, Upa, Tamilau, Namanan hingga Tehoru dijumpai nendat yang merusak badan jalan membentuk huruf U (tapal kuda) sepanjang lebih dari 200 meter, pantai berundak, posisi pepohonan yang miring ke arah laut dan rekahan. Amblesan tanah yang menyebabkan 13 rumah mengalami kerusakan ditemukan di Desa Tehoru, 2 rumah di Dusun Mahu tenggelam ke dalam laut akibat sebagian daratan pantai yang jatuh dan longsor ke arah laut dan menyebabkan garis pantai mundur ke daratan sejauh kurang lebih 40 meter. Peristiwa serupa dijumpai di Dusun Samasuru, Paulohi, Kecamatan Amahai.

Penurunan permukaan tanah di tepi pantai juga dijumpai di Desa Weduar, Kecamatan Kei Besar. Setinggi 7 meter penurunan tanah ini telah menyebabkan 10 rumah penduduk mengalami kerusakan.
Indikasi topografi teramati dari bentuk topografi dasar laut di sepanjang perairan selatan Seram yang memperlihatkan morfologi dengan kemiringan lereng yang curam.

Longsoran ini telah menyebabkan kerusakan sarana umum berupa jalan raya lintas Seram yang diperkirakan memerlukan pemindahan badan jalan menjauhi garis pantai.
Kejadian gempabumi yang menyebabkan longsoran bawah laut di lokasi yang sama pernah terjadi pada tahun 1899. Gempa ini berasosiasi dengan zona subduksi Banda yang menyebabkan banyak kerusakan pada bangunan dan menyebabkan jatuhan sebagian pantai ke dalam laut pa tempat di pantai. Gempa ini telah menimbulkan tsunami dengan ketinggian mencapai 9 hingga 12 meter di beberapa tempat di Pulau Seram.

http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php?option=com_content&task=view&id=448&Itemid=1

Jumat, 12 Februari 2010

Kampung halaman


-->Kampung halaman adalah bingkai kenangan dan harapan yang tak pernah hilang dari ingatan serta dimakan zaman. Selalu ingat menahan erat gambar rangkaian perjalanan kehidupan. Saat jauh pun hati kan selalu kembali ke sana. Seolah telah terpikat dan tak bisa terlepas jauh memudar hasrat.
Diantara kota-kota yang telah menjadi saksi perjalanan kisah, kampung halaman kan tetap ramah untuk menumpahkan kerinduan dengan indah. Meski hanya sesekali saja ditengok, tapi kampung halaman tak kan merengek. Dia tetap menanti kita kembali, tuk diinjak meski hanya berpuluh hentakkan kaki.
Maka alangkah bijak jika buah kesuksesan tak hanya dinikmati dan dihabiskan di kota kota yang penuh hingar bahakan kecongkakkan mesin, biar ada yang terpatri di desa nan asri. Bisa kau investasikan dalam bentuk cat Musholah atau Masjid misalkan, yang keuntungannya kan tetap kau dapat hingga akhirat. Atau kau ulurkan beberapa lembar kertas pada tangan-tangan mungil anak yatim, lansia yang rapuh dan siapa saja yang berharap dapat dari uluran tanganmu jauh lebih hebat.
Jadi teringat sesekali berlarilah tanpa alas kaki di pinggiran sungai dibawah pepohonan cengkeh dan kelapa yang rimbun membentang. Tersenyumlah pada awan biru yang terhiasi kepakan sayap merpati, nuri dan burung burung lain sejenisnya. Bukankah kedamaian ada di sini, dihati yang berbisik mesra pada hembusan angin, “Tuhan betapa indah dunia-Mu.” Lalu rasa lelah pun dibasuh, dengan air laut jernih di pinggiran pantai yang masih tersisa. Di sana, di kampung halaman.